Minggu, 19 April 2015

Biografi Ahok (Basuki Tjahaja Purnama)


Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok adalah etnis Tionghoa pertama yang menduduki jabatan sebagai orang strategis di DKI Jakarta yaitu Wakil Gubernur mendampingi Jokowi. Walau awalnya terdapat kontroversi akan latar belakang etnis Ahok namun kemudian isu itu tak muncul lagi. Berikut ini akan dipaparkan Biografi Basuki Tjahaja Purnama atau Biografi Ahok.

Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dilahirkan di Manggar, Belitung Timur pada tanggal 29 Juni 1966. Nama Tionghoa dari Basuki Tjahaja Purnama adalah Zhong Wanxie. Kedua orang tuanya adalah etnis asli Tionghoa yaitu Bpk Indra Tjahaja Purnama alias Zhong Kim Nam (Alm) dan Buniarti Ningsih (Bun Nen Caw).

Ahok adalah anak sulung dari empat bersaudara. Ketiga saudaranya yang lain adalahdr.Basuri Tjahaja Purnama M.Gizi.Sp.Gk (dokter PNS dan Bupati di Kabupaten Belitung Timur), Fifi Lety, S.H, L.L.M (Praktisi hukum), Harry Basuki, M.B.A (praktisi dan konsultan bidang pariwisata dan perhotelan).

Ahok menghabiskan masa kecilnya di Belitung hingga SMA ia memilih untuk melanjutkan di Jakarta. Ahok kemudian berkuliah di Universitas Trisakti Jakarta dengan mengambil jurusan Teknik Geologi.

Setelah menyandang gelar sarjana, Ahok meneruskannya dengan meraih S2 di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya Jakarta dengan gelar Magister Manajemen.

Ahok kemudian bekerja di  perusahaan kontraktor yang menangani pembangunan pembangkit listrik yaitu PT Simaxindo Primadaya. Di perusahaan tersebut Ahok menjabat sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek.

Setelah cukup pengalaman bekerja dengan orang, Ahok keluar untuk kemudian membangun perusahaan sendiri yaitu penambangan pasir kuarsa yang bernaung dibawah PT Gravel Pack Sand (GPS). Tempat Ahok mendirikan pabik itu kemudian bakalan menjadi kawasan industri dan pelabuhan yang kemudian terkenal dengan Kawasan Industri Air Kelik atau KIK. Karena ingin konsentrasi pekerjaan di Belitung, pada tahun 1995 Basuki memutuskan untuk berhenti bekerja dan pulang ke kampung halamannya.

Masuk Politik

Pada dasarnya dorongan Ahok adalah masuk dunia politik bukan bisnis layaknya orang Tionghoa lainnya. Setelah bisnisnya bisa autopilot. Ahok kemudian masuk ke ranah politik dengan bergabung di PIB yaitu Partai Perhimpunan Indonesia Baru dimana ia langsung ditunjuk sebagai ketua DPC Kabupaten Belitung Timur. Ia kemudian terpilih sebagai anggota legislatif DPRD Kabupaten Belitung Timur 2004-2009.

Ketika ada pemilihan Bupati Belitung Timur, Ahok mengjukan diri dengann menggandeng Khairul Effendi. Pasangan inipun menang menjadi Bupati untuk masa bakti 2005-2010. Tak lama menjabat Bupati, Ahok lalu mengajukan diri sebagai calon Gubernur Bangka Belitung tahun 2007 dan terpilih. Namun Ahok kalah dalam pemilihan ini.

Pada 2012, Ahok dipasangkan dengan Jokowi untuk menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta. Pasangan ini kemudian menang dari Fauzi Bowo. Mereka lalu dilantik pada 18 Oktober 2012 untuk masa jabatan 2012-2017.

Perlu diketahui, tahun 1992 Basuki mendirikan PT Nurindra Ekapersada sebagai persiapan membangun pabrik Gravel Pack Sand (GPS) pada tahun 1995. Bagi Basuki, pabrik yang berlokasi di Dusun Burung Mandi, Desa mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur ini diharapkan dapat menjadi proyek percontohan bagaimana mensejahterakan stakeholder (pemegang saham, karyawan, dan rakyat) dan juga diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi Pendapatan Asli Daerah Belitung Timur dengan memberdayakan sumber daya mineral yang terbatas. Di sisi lain diyakini PT Nurindra Ekapersada memiliki visi untuk menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh.
Berangkat dari visi seperti itulah pada tahun 1994, Basuki didukung oleh seorang tokoh pejuang kemerdekaan Bapak alm Wasidewo untuk memulai pembangunan pabrik pengolahan pasir kwarsa pertama di Pulau Belitung dengan memamfaatkan teknologi Amerika dan Jerman. Pembangunan pabrik ini diharapkan juga memberikan harapan besar menjadi cikal bakal tumbuhnya suatu kawasan industri dan pelabuhan samudra dengan nama KIAK (Kawasan Industri Air Kelik).
Kiprah Politik Ahok
Sebagai pengusaha di tahun 1995 ia mengalami sendiri pahitnya berhadapan dengan politik dan birokrasi yang korup. Pabriknya ditutup karena ia melawan kesewenang-wenangan pejabat. Sempat terpikir olehnya untuk hijrah dari Indonesia ke luar negeri, tetapi keinginan itu ditolak oleh sang ayah yang mengatakan bahwa satu hari rakyat akan memilih Ahok untuk memperjuangkan nasib mereka.
Pertama-tama ia bergabung dibawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) yang saat itu dipimpin oleh Dr. Sjahrir. Pada pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Dengan keuangan yang sangat terbatas dan model kampanye yang lain dari yang lain, yaitu menolak memberikan uang kepada rakyat, ia terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009. 
Selama di DPRD ia berhasil menunjukan integritasnya dengan menolak ikut dalam praktik KKN, menolak mengambil uang SPPD fiktif, dan menjadi dikenal masyarakat karena ia satu-satunya anggota DPRD yang berani secara langsung dan sering bertemu dengan masyarakat untuk mendengar keluhan mereka sementara anggota DPRD lain lebih sering “mangkir”.
Setelah 7 bulan menjadi DPRD, muncul banyak dukungan dari rakyat yang mendorong Ahok menjadi bupati. Maju sebagai calon Bupati Belitung Timur di tahun 2005, Ahok mempertahankan cara kampanyenya, yaitu dengan mengajar dan melayani langsung rakyat dengan memberikan nomor telfon genggamnya yang juga adalah nomor yang dipakai untuk berkomunikasi dengan keluarganya. Dengan cara ini ia mampu mengerti dan merasakan langsung situasi dan kebutuhan rakyat. Dengan cara kampanye yang tidak “tradisional” ini, yaitu tanpa politik uang, ia secara mengejutkan berhasil mengantongi suara 37,13 persen dan menjadi Bupati Belitung Timur periode 2005-2010. Padahal Belitung Timur dikenal sebagai daerah basis Masyumi, yang juga adalah kampung dari Yusril Ihza Mahendra.

Bermodalkan pengalamannya sebagai pengusaha dan juga anggota DPRD yang mengerti betul sistem keuangan dan budaya birokrasi yang ada, dalam waktu singkat sebagai Bupati ia mampu melaksanakan pelayanan kesehatan gratis, sekolah gratis sampai tingkat SMA, pengaspalan jalan sampai ke pelosok-pelosok daerah, dan perbaikan pelayanan publik lainya. Prinsipnya sederhana: jika kepala lurus, bawahan tidak berani tidak lurus. Selama menjadi bupati ia dikenal sebagai sosok yang anti sogokan baik di kalangan lawan politik, pengusaha, maupun rakyat kecil. Ia memotong semua biaya pembangunan yang melibatkan kontraktor sampai 20 persen. Dengan demikian ia memiliki banyak kelebihan anggaran untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
Kesuksesan ini terdengar ke seluruh Bangka Belitung dan mulailah muncul suara-suara untuk mendorong Ahok maju sebagai Gubernur di tahun 2007. Kesuksesannya di Belitung Timur tercermin dalam pemilihan Gubernur Babel ketika 63 persen pemilih di Belitung Timur memilih Ahok. Namun sayang, karena banyaknya manipulasi dalam proses pemungutan dan penghitungan suara, ia gagal menjadi Gubernur Babel.
Dalam pemilu legislative 2009 ia maju sebagai caleg dari Golkar. Meski awalnya ditempatkan pada nomor urut keempat dalam daftar caleg (padahal di Babel hanya tersedia 3 kursi), ia berhasil mendapatkan suara terbanyak dan memperoleh kursi DPR berkat perubahan sistem pembagian kursi dari nomor urut menjadi suara terbanyak.
Selama di DPR, ia duduk di komisi II. Ia dikenal oleh kawan dan lawan sebagai figur yang apa adanya, vokal, dan mudah diakses oleh masyarakat banyak. Lewat kiprahnya di DPR ia menciptakan standard baru bagi anggota-anggota DPR lain dalam anti-korupsi, transparansi dan profesionalisme. Ia bisa dikatakan sebagai pioner dalam pelaporan aktivitas kerja DPR baik dalam proses pembahasan undang-undang maupun dalam berbagai kunjungan kerja. Semua laporan bisa diakses melalui websitenya. Sementara itu, staf ahlinya bukan hanya sekedar bekerja menyediakan materi undang-undang tetapi juga secara aktif mengumpulkan informasi dan mengadvokasi kebutuhan masyarakat. Saat ini, salah satu hal fundamental yang ia sedang perjuangkan adalah bagaimana memperbaiki sistem rekrutmen kandidat kepala daerah untuk mencegah koruptor masuk dalam persaingan pemilukada dan membuka peluang bagi individu-individu idealis untuk masuk merebut kepemimpinan di daerah.

Ahok berkeyakinan bahwa perubahan di Indonesia bergantung pada apakah individu-individu idealis berani masuk ke politik dan ketika di dalam berani mempertahankan integritasnya. Baginya, di alam demokrasi, yang baik dan yang jahat memiliki peluang yang sama untuk merebut kepemimpinan politik. Jika individu-individu idealis tidak berani masuk, tidak aneh kalau sampai hari ini politik dan birokrasi Indonesia masih sangat korup. Oleh karena itu ia berharap model berpolitik yang ia sudah jalankan bisa dijadikan contoh oleh rekan-rekan idealis lain untuk masuk dan berjuang dalam politik. Sampai hari ini ia masih terus berkeliling bertemu dengan masyarakat untuk menyampaikan pesan ini dan pentingnya memiliki pemimpin yang bersih, transparan, dan profesional.
Pada 2008, Ahok meluncurkan sebuah buku inspiratif mengenai perubahan wajah Indonesia. Buku inilah yang mungkin membawa Ahok dilirik Jokowi menjadi pendampingnya di pemilihan gubernur DKI Jakarta pada 2012. Komposisi karakter yang pas membuat mereka dengan telak memenangkan pemilihan, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menikah dengan Veronica, S.T. yang kelahiran Medan, Sumatera Utara, dan dikaruniai 3 orang putra-putri bernama Nicholas, Nathania, dan Daud Albeenner.  ia berhasil menyabet berbagai penghargaan, antara lain gelar Tokoh Anti-korupsi pada 2007, tokoh pengubah wajah Indonesia versi Tempo, serta gelar tokoh kontroversial versi ASI pada 2013. Mari kita lihat sepak terjang Ahok sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. . Melihat kiprahnya, kita bisa mengatakan bahwa berpolitik ala Ahok adalah berpolitik atas dasar nilai pelayanan, ketulusan, kejujuran, dan pengorbanan; bukan politik instan yang sarat pencitraan

Itulah biografi Ahok - Basuki Tjahaja Purnama semoga menjadi inspirasi dan dapat berguna bagi pembaca sekalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar