Rabu, 08 Mei 2013

Kebudayaan Batak Karo


Adat istiadat yang diwariskan leluhur masyarakat Batak Karo masih dijunjung tinggi dan dihormati.dan dilestarikan .
Upacara - upacara batak karo yang bersifat ritual adat istiadat seperti:

Upacara Upa Tendi
Makna Upa dan Tendi 
Upa secara bahasa diartikan pemberian. Sedangkan secara istilah adalah suatu ritual yang dilakukan oleh orang yang berhajat dengan mendoa’kan orang yang di upa agar memperoleh kebaikan. Kata Upa ini senada dengan kata Upah- upah, Mangupa dan Pangupa yang arti dan maksudnya juga sama yaitu berhajat dan mendoakan orang yang di upa- upakan.
Sedangkan Tendi adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tendi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
Tendi (roh, nyawa) berada dalam tubuh manusia dan merupakan satu kesatuan. Manusia menjadi makhluk yang hidup karena memiliki tendi. Tendi memiliki zat kehidupan yang berlangsung selama- lamanya dan tidak dapat rusak oleh apapun. Orang Karo zaman dahulu mengenal ada dua jenis tendi, yaitu:
            Pertama, tendi yang terdapat dalam tubuh manusia dan berhubungan dengannya pada masa kehidupan manusia saja.
            Kedua, tendi yang merupakan bayangan yang melanjutkan aktivitas manusia. Artinya, secara biologis manusia telah mati, tapi aktivitasnya masih dilanjutkan oleh tendinya.
            Kehadiran tendi dalam tubuh manusiamerupakan faktor penentu bagi kesehatan manusia. Timbulnya suatu penyakit, kegelisahan atau kemalangan diyakini sebagai akibat dari lemahnya tendi atau kepergian tendi  dari tubuh manusia. Bila kepergian tendi berlangsung lama dan tidak datang lagi ke dalam tubuh dikhawatirkan bisa menyebabkan kematian bagi manusia. Konon ada empat penyebab tendi meninggalkan tubuh manusia yaitu saat tidur, terkejut, mimpi dan kematian.
Jadi upa tondi adalah suatu ritual yang dilakukan oleh orang yang berhajat dengan mendoa’kan orang yang di upa agar tondinya dapat kembali kedalam tubuhnya atau sering disebut Mulak Tondi Tu Ruma.

Upacara Upa Tondi Batak Karo
Upa atau pun mangupaupa tondi adalah tradisi budaya batak yang dilakukan oleh orang tua kepada anak, dari hula-hula kepada boru. Tradisi ini sudah diwariskan oleh nenek moyang mereka sejak dulu yang dipercaya ritual memohon meminta Sahala (berkat) kepada Oppung Mula Jadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) agar diberikan keselamatan/ sembuhan.
Biasanya tradisi ini diberikan kepada orang yang sakit, lemah, terkejut, naas dari sebuah kecelakaan. Karena orang-orang yang mengalami kejadian-kejadian tersebut dianggap roh meninggalkan tubuh orang tersebut dan dilakukanlah tradisi mangupaupa bertujuan agar rohnya dapat kembali ke dalam tubuhnya atau sering disebut Mulak Tondi Tu Ruma.[16].
 Pada sumber yang lain Upa Tendi atau Mangupa Tondi ini dilakukan bila seseorang dalam keadaan yang sangat membahayakan sekali (terbukti dari eksistensi tondi yang sudah keluar dari rumah untuk jangka waktu yang lebih lama lagi) maka  diadakan acara yang bukan saja hanya memanggil tondi/ tendi pulang ke rumah (Mulak Tondi Tu Ruma) tetapi juga yang terpenting untuk berusaha “menguatkan” . Dalam hubungan ini orang batak mempercayai bahwa tondi yang sudah sangat lemah, dan menderita karena terancam kepergian tondi keluar adalah dianggap sebagai tondi yang ‘miskin’. Tondi yang miskin perku dan harus dikayakan, sebab kekayaan menunjukkan kekuatan. Apabila tondi harus dikayakan dengan pemberian barang- barang  berharga, makanan tertentu yang di upa- upakan maka seharusnya diadakan upacara ‘mangupa tondi’. Dalam upacara mangupa tondi, bermacam- macam barang dapat diberikan kepada orang yang sakit, seperti, makanan, beras, kerbau, atau binatang ternak lainnya. Tetapi pemberian yang paling lazim  dan dianggap sangat tinggi nilainya ialah pemberian selembar ‘Ulos’.
 Keterlibatan pihak  hula- hula dalam memberikan ulos penguat tondi ini adalah dilatarbelakangi oleh pengertian “sahala” yang dipunyai oleh pihak hula- hula. Ulos yang diberikan oleh pihak hula- hula kepada bere- bere selalu dimaksudkan sebagai lambang transformasi “berkat” yang disalurkan oleh pihak hula- hula kepada berenya. Berkat yang disalurkan melalui pemberian ulos ini mempunyai arti untuk “mengkayakan” roh daripada orang yang sedang menderita kelemahan tondi.
 Inilah salah satu budaya batak yang diwariskan oleh nenek moyang kita agar selalu memohon keselamatan dan kesembuhan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebuah tradisi yang tetap dijungjung tinggi nilai budaya dan dilestarikan.
a.Waktu
Ada beberapa waktu pelaksanaan mengupa- upa tendi orang yang mau di upa- upakan:
1. Pernikahan
2. Selamatan
3. Wisuda

Upacara Ritual Geriten
Pada masyarakat Karo dahulu, setelah orang meninggal, tidak langsung dikebumikan tetapi diadakan upacara adat kematiannya untuk menghormati jenazahnya. Jenazah dimakamkan disuatu tempat untuk sementara. Setelah beberapa tahun lamanya, makam digali kembali untuk mengambil tulang-tulangnya dan dikumpulkan dan kemudian dimakamkan di sebuah rumah yang disebut Geriten.
Ritual kuno dari suku Batak Karo merupakan tradisi suci yang sudah diterapkan berabad-abad lalu. Pada saat penggalian kubur dilakukan  upacara adat yang disebut nurun-nurun (upacara kematian).  Keluarga suku kembali ke kuburan leluhur mereka. Ritual dilakukan dengan menggali kembali kuburan, mengambil seluruh kerangka, membersihkan kerangka dengan wewangian (terdiri dari air kelapa,jeruk nipis, kapur dan rempah-rempah) sebelum meletakkannya dalam peti mati baru dan menempatkannya di Geriten.
 ritual ini dilakukan sebagai penghormatan dan kasih sayang kepada leluhur mereka. Tulang belulang dikeluarkan dari kuburan lama kemudian dipindahkan ke kuburan baru untuk menaikkan status dari leluhur mereka. Setelah kerangka diatur dalam peti itu kemudian ditempatkan ke dalam ‘rumah tengkorak’ yang dibangun khusus untuk acara keluarga dan berdoa bagi tulang. Jefri menjelaskan: “Ini adalah ritual yang sangat langka. Penghapusan tulang dari kuburan tua dilakukan untuk nenek moyang kehormatan dengan tindakan kasih. Tulang-tulang dikeluarkan dari kuburan yang telah ada waktu yang lama dan pindah ke sebuah kuburan baru, lebih baik. Ini adalah cara untuk menaikkan status dari nenek moyang.
  

Upacara Erpangir Ku Lau
1. Latar Belakang Upacara
 Erpangir ku lau dilakukan dikarenakan oleh beberapa hal, misalnya :
(1) Buang sial, yaitu untuk membuang hal-hal yang dianggap membawa dampak tidak baik dalam diri seseorang. Untuk membuang hakl-hal yang dianggap sebagai ‘sial’ tersebut maka harus dibersihkan dengan upacara;
(2) Meminta kesembuhan penyakit, seseorang yang dihinggapi satu penyakit diyakini sebagai penyakit yang dibuat oleh manusia lain lewat perantaraan makhluk-makhluk halus, atau bias jadi karena makhlus halus itu sendiri (begu). Untuk penyembuhan salah satu cara pengobatan adalah dengan melakukan ritual erpangir ku lau;
(3) Menabalkan seseorang menjadi guru. Proses menjadi seorang guru juga harus melalui proses erpangir. Oleh sebab itu seseorang menjadi guru harus ditabalkan atau ditahbiskan dengan cara ipangiri oleh seorang guru juga.
(4) Permintaan begu singarak-ngarak seseorang. Seseorang yang mempunyai begu jabu biasa akan diurasi atau dibersihkan dari hal-hal yang tidak baik, caranya adalah dengan erpangir.
(5) Pembersihkan diri dari yang kotor
(6) Perkawinan, dalam upacara perkawinan sebelum perkawinan dilangsungkan biasa juga didahului dengan upacara erpangir ku lau. Hal ini untuk meminta persentabin atau ijin kepada semua makhluk-makhluk agar perkawinan tersebut dapat berlangsung dengan baik, sekaligus membersihkan diri dari hal-hal yang kotor.
(7) Menabalkan nama atau memberikan nama kepada seseorang
(8) Rutin silengguri, adalah berkeramas ke sungai dikarenakan mempunyai jinujung (begu jabu) sebagai salah satu modal kekuatan bagi diri seseorang.
(9) dll.
Biasanya pihak keluarga yang ingin melakukan erpangir ku lau adalah karena ada pirasat (gerek) dari seseorang bahwa ada yang tidak beres dalam tubuhnya.

2. Jenis Upacara
Upacara erpangir ku lau dapat dibedakan tiga jenis berdasarkan besar kecilnya upacara tersebut dilakukan. Besar kecilnya jenis upacara ini terkait dengan jumlah peserta upacara atau kerabat yang terlibat dalam upacara tersebut dan jenis hewan yang disembelih. Disamping itu juga berpengaruh kepada tempat pelaksanaan upacara. Meskipun sebenarnya kategori ini tidak sepenuhnya dipakai khusus untuk upacara erpangir ku lau, tetapi biasa kegiatan erpangir ku lau merupakan suatu runtutan dari upacara utama, misalnya kegiatan erpangir ku lau diadakan karena akan dilaksanakan upacara perkawinan, dan sebagainya. Jadi sebenarnya pengelompokan jenis yang dimaksud adalah pengelompokan berdasarkan upacara perkawinan tersebut. Namun khusus untuk upacara erpangir ku lau bisa saja dilakukan dalam bentuk besar sampai bentuk yang paling kecil, yaitu ritual erpangir yang dilakukan oleh pribadi-pribadi. Adapun jenis upacara tersebut adalah:
1. Kerja Sintua
 Kerja (Pesta) sintua merupakan pesta yang paling besar yang ada pada masyarakat Karo. Pada pesta ini harus melibatkan seluruh sangkep nggeluh, yaitu orang-orang yang masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan yang empunya hajatan serta seluruh anak kampung dimana pesta tersebut dilaksanakan. Pada upacara ini biasanya hewan yang disembelih adalah sapi (lembu).
Dalam kerja sintua ini seluruh kerabat yang dikenal dengan sangkep nggeluh, yang terdiri dari tiga unsur yaitu kalimbubu (pihak pemberi wanita), senina (saudara-saudara yang melakukan hajatan), dan anak beru (pihak penerima wanita). Masing-masing pihak dalam tiga status sosial tersebut mempunyai peranan masing-masing serta bagaimana mereka berlaku dalam upacara tersebut. Misalnya anak beru biasanya mempersiapkan segala sesuatunya seperti memasak makanan untuk seluruh peserta upacara tersebut, dan mengatur segala sesuatunya untuk keberhasilan upacara pihak kalimbubunya. Demikian juga dengan pihak senina dan kalimbubu mempunyai fungsi dan peranan masing-masing.
 Meskipun pelaksanaan upacara adat yang terkait dengan erpangir ku lau dilangsungkan di Jambur, namun upacara erpangirnya sendiri tetap diadakan di sungai. Dalam kegiatan ini biasanya tidak hanya menggunakan alat musik yang relatif kecil, yaitu gendang telu sedalanen saja, tetapi juga menggunakan gendang yang lebih besar yang disebut dengan gendang lima sedalanen. Dalam upacara ini juga diadakan landek (menari) sesuai dengan peranannya masing-masing dalam upacara tersebut.
2. Kerja Sintengah
 Kerja sintengah adalah sebutan untuk pesta atau upacara yang sifatnya menengah. Upacara ini merupakan satu tingkat dibawah upacara yang termasuk dalam kategori kerja sintua. Pada upacara jenis ini meskipun juga melibatkan unsur-unsur sangkep nggeluh kerabat, namun tidak selengkap anggota kerabat yang terlibat dalam upacara kerja sintua. Dalam kerja sintua hampir melibatkan seluruh kerabat yang jauh dan dekat, serta penduduk kampung. Namun dalam kerja sintengah unsur-unsur kerabat yang diundang pada umumnya kerabat yang harus memang terlibat dalam kegiatan adat dalam sebuah keluarga tertentu. Oleh sebab itu upacara ini dinamakan kerja sintengah atau pesta/upacara tingkat menengah dalam ukuran adat Karo.
 Hewan yang disembelih dalam upacara ini biasanya masih hewan yang berkaki empat, yaitu babi.

3. Kerja Singuda
 Kerja singuda adalah jenis upacara yang lebih kecil lagi dari kerja sintengah. Upacara ini biasanya cukup dihadiri oleh sangkep nggeluh dari unsur-unsur anggota keluarga yang paling dekat saja, dimana peranan masing-masing individu tersebut dangat penting dalam proses adat yang berlaku bagi masyarakat Karo. Unsur-unsur telu sedalanen seperti kalimbubu, anak beru dan senina, tidak semuanya terlibat. Tetapi menjadi sebuah keharusan dalam setiap upacara adat yang ada ke tiga unsur tersebut memang mutlak harus ada.
 Selain ketiga jenis upacara tersebut sebenarnya masih ada dikenal beberapa jenis upacara yang lain yang relatif lebih kecil. Namun istilah tersebut kurang popular dan kurang dikenal dalam upacara erpangir ku lau. Jenis-jenis upacara tersebut dikenal dalam upacara perkawinan, misalnya jenis upacara jumpa gebuk, yang artinya upacara yang sangat sederhana sekali. Jumpa gebuk berarti ketemu asap, yang melambangkan ketemu sirih dan rokok, karena upacara orang Karo identik dengan belo (sirih) dan rokok. Sirih dan rokok merupakan sarana bagi orang Karo untuk memulai pembicaraan atau disebut dengan ranan adat. Dalam upacara yang peling kecil ini, demikian juga untuk upacara kerja singuda, biasanya hewan yang disembelih cukup hanya binatang yang berkaki dua saja, yaitu ayam.
 Selain jenis-jenis upacara tersebut dilakukan dengan melibatkan anggota masyarakat, dalam masyarakat Karo juga biasa juga dikenal erpangir secara pribadi-pribadi. Erpangir jenis ini biasanya karena seseorang mempunyai keahlian khusus dalam berbagai bidang, misalnya sebagai sierjabaten (pemusik tradisional), lit pemetehna (ahli dalam bidang pengobatan, meramal, dan sebagainya). Jenis erpangir seperti ini tidak melibatkan unsur orang banyak, tetapi tergantung kepada hubungan individu-individu dengan roh yang menyatu dengan dirinya. Biasanya ditandai dengan gerek atau pertanda, bahwa roh yang melekat dalam diri seseorang memintanya untuk melakukan mandi ritual tersebut. Lokasi dan tempatnya biasanya sudah dipahami oleh masing-masing individu yang mempunyai kecakapan khusus tentang itu. Hal seperti ini biasanya disampaikan juga lewat nipi (mimpi).
Orang yang erpangir seperti ini biasa juga mandi ketika wari belah purnama raya, yaitu pada hari-hari ketika bulan purnama. Waktunya biasa dilakukan pada malam hari dan sendirian di sebuah sungai atau di tempat pemandian umum pada malam hari. Hal ini untuk menghindari proses erpangir tersebut agar tidak diganggu oleh orang lain.
 Erpangir jenis ini maknanya membersihkan diri dari hal-hal yang kotor yang dianggap tidak berkenan bagi roh pengikutnya yang dilakukan oleh individu tersebut selama ini. Jika tidak dilakukan pembersihan atau erpangir, maka diyakini roh-roh tersebut akan semakin jauh
Aspek Nilai/ Filosofis
Batak karo Menjunjung tinggi nilai adat istiadat mereka dan nilai leluhur mereka
Adapun tradisi yang dipraktekkan oleh kalangan masarakat Karo meski sebagian besar masyarakatnya beragama Kristen, namun tradisi tersebut berisikan nilai- nilai positif, diantaranya:
1. Berisi nasihat
Nasihat secara khusus diberikan kepada orang yang di upa- upakan tendinya. Selain itu para hadirin yang ada di upacara yang mendengar nasihat juga merasakan dampak nasihat dari kata- kata upa tendi.
2. Nilai doa
Kata- kata dalam pengupahan tendi sarat dengan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Doa tersebut berisi permohonan, kesehatan dan keselamatan, kebahagiaan dan kejayaan bagi orang- orang yang di upa- upakan, keluarga dan para hadirin.
3. Mempererat silaturrahim
Persiapan dan prosesi pelaksanaan acara upa tendi mengajarkan tradisi bersilaturrahim kepada anggota keluarga dan masyarakat. Pertemuan, gotong- royong, do’a bersama, makan bersama dan saling bercengkrama tentunya akan memupuk rasa persaudaraan yang tinggi di tengah- tengah masyarakat.
4. Memupuk rasa syukur
Umat Islam di Karo yang dengan membuat acara ini dianjurkan untuk selalu ingat kepada Tuhan dan bersyukur ats nikmat- Nya yang telah dilimpahkan. Dalam kegiatan ini juga terkandung pula makna pemupukan rasa syukur, senantiasa dianjurkan ingat kepada Tuhan.
5. Elaborasi spirit
Secara ilmiah, pelaksanaan upa- upah pada tendi seseorang yang terkejut, terkena bencana/ penyakit mengandung unsur sugesti atau dorongan spiritual terhadap moral satu individu atau kelompok. Dampaknya akan terlihat apabila peserta benar- benar mengerti dan paham, menghayati serta merasa bagian dari pengupahan tersebut sehingga melahirkan semangat baru dalam mengarungi kehidupan.
Adapun tradisi yang dipraktekkan oleh kalangan masarakat karo meski sebagian besar masyarakatnya beragama Kristen, namun tradisi tersebut berisikan nilai- nilai positif, di antaranya berisi nasihat, nilai do’a, mempererat silaturrahim, memupuk rasa syukur, dan yang paling penting adalah pengembalian dan elaborasi spirit.

1. Asal Kata Karo
Dari manakah asal kata Karo ini ?
Ada yang menduga berasal dari kata Arab yakni Qarau yang berarti telah diajar membaca atau sembahyang, oleh orang- orang arab. Ada pula yang menduga berasal dari Haro yaitu orang datang. Dapat pula diartikan Karo ini adalah Karo atau keras. Dalam beberapa literature tentang Karo, etimologi Karo berasal dari nama kerajaan Haru yang berdiri sekitar abad 14 sampai abad 15 di daerah Sumatera Utara. Kemudian pengucapan kata Haru ini berubah menjadi Karo. Inilah diperkirakan awal terbentuknya nama Karo.
2. Sejarah Batak Karo
Kerajaan Haru- Karo mulai menjadi kerajaan besar di Sumatera, namun tidak diketahu secara kapan berdirinya. Namun demikian, Brahma Putra dalam bukunya “Karo dari Zaman ke Zaman” mengatakan bahwa pada abad 1 Masehi sudah ada kerajaan di Sumatera Utara yang rajanya bernama “Pa Lagan”. Menilik dari nama itu merupakan bahasa yang berasal dari suku Karo. Mungkinkah pada masa itu kerajaan Haru sudah ada? Hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Kerajaan Haru- Karo diketahui tumbuh dan berkembang bersamaan waktunya dengan kerajaan Majapahit, Sriwijaa, Johor, Malaka dan Aceh. Terbukti karena kerajaan Haru pernah berperang dengan kerajaan- kerajaan tersebut. Kerajaan Haru identik dengan suku Karo, yaitu salah satu suku di Nusantara. Pada masa keemasannya, kerajaan Haru- Karo mulai dari Aceh Besar hingga ke sungai Siak di Riau. Eksistensi Haru- Karo di Aceh dapat dipastikan dengan beberapa nama desa di sana yang berasal dari bahasa Karo. Misalnya Kuta Raja (Sekarang Banda Aceh), Kuta Binjei di Aceh Timur, Kuta Karang, Kuta Alam, Kuta Lubok, Kuta Laksamana Mahmud, Kuta Cane, Blangkejren dan lainnya.

3. Daya kreatifitas yang ditampilkan


Lirik lagu

Mama - Arif and Syawal

Saat ku sandarkan diriku dipangkuanmu 
tenangkan jiwaku yang gelisah 
hilangkan beban yang terpikul walaupun sejenak aku rasakan
kesalahan yang membuatku hancurkan mimpi menjadi abu
adalah sesal yang terlambat yang tak bisa terobati
maafkan aku oh mama yang lari dari naunganmu
dan terbang jauh tinggalkanmu dan enggan melihat kearahmu....

Saat kusandarkan diriku dipangkuanmu 
tenangkan jiwaku yang gelisah 
hilangkan beban yang terpikul walaupun sejenak aku rasakan
kesalahan yang membuatku hancurkan mimpi menjadi abu
maafkan aku oh mama yang lari dari naunganmu
dan terbang jauh tinggalkanmu dan enggan melihat kearahmu

Maafkan aku oh.. mama yang lari dari naunganmu
dan terbang jauh tinggalkanmu dan enggan melihat kearahmu
mama..... mama...oh....mama...maafkan aku mama







Nilai kehidupan atau pesan moral dari lagu tersebut adalah :

Seorang anak yang sering melawan orang tuanya, sering berbohong dan jarang pulang kerumahnya dan dia baru sadar dan terbuka hatinya ketika iya pulang kerumah dan mamanya sudah sakit parah sekali sampai masuk rumah sakit. akhirnya ia memutuskan untuk minta maaf ke mamanya dan mengikuti perintah dan nasehat kedua orang tuanya.






2. Latar belakang IBD dan Tujuan IBD


Latar belakang diberikannya mata kuliah IBD adalah selain melihat konteks budaya Indonesia, juga sesuai dengan program pendidikan di Perguruan Tinggi, dalam rangka menyempurnakan pembentukan sarjana. Latar belakang IBD dalam konteks budaya, Negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut:
1.Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan segala keanekaraman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tak lepas dari ikatan-ikatan primordial, kesukuan dan kedaerahan.
2. Proses pembangunan yang sedang berlangsung terus menerus menimbulkan dampat positi dan dampak negative berupa terjadinya pergeseran nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya. Akibat lebih jauh dari pembenturan nilai budaya ini ialah timbulnya konflik dalam kehidupan.
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung terhadap kemajuan yang telah diciptakannya itu. Hal ini merupakan sikap ambivalen teknologi, yang disamping memberikan segi positf, juga memiliki segi negatif.
Istilah llmu Budaya Dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “The Humanities”. Adapun istilah Humanities itu sendiri berasal dan bahasa latin humanus yang bisa diartikan manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the htimanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar supaya manusia bisa menjadi humanus, mereka hams mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Pengetahuan budaya (The Humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai bidang kcahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik, dll. Sedang Ilmu Budaya Dasat (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain Ilmu Budaya dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Inggris disebut dengan Basic Humanities. Pengetahuan budaya dalam bahasa inggris disebut dengan istilah the humanities. pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk betbudaya ( homo humanus ), sedangkan Ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.
TUJUAN  ILMU BUDAYA
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri.
Berpijak dari hal diatas, tujuan mata kuliah ilmu budaya dasar adalah untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran, khususnya berkenaan dengan kebudayaan, agar daya tangkap, persepsi dan penalaran mengenai lingkungan budaya mahasiswa dapat menjadi lebih halus. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan dapat :
1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
Jika diperinci maka tujuan pengajaran ilmu budaya dasar itu adalah :
1.   Menimbulkan minat untuk mendalaminya.
2. Lebih peka dan terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya, serta lebih  bertanggung jawab terhadap masalah-masalah tersebut.
3.  Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah menyesuaikan diri.
4. Menyadarkan mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, hormat menghormati serta simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.
Dengan ringkas dapat disebutkan bahwa tujuan IBD adalah :
Perlunya Melakukan PEMBENTUKAN pemikiran yang Khususnya berkenaan dengan Kebudayaan dan Kemanusiaan,agar daya tanggap, persepsi dan penalaran berkenaan dengan lingkungan budaya dapat diperluas.

1. Pengertian IBD


Ilmu budaya dasar adalah suatu ILMU yang mempelajari tentang dasar-dasar Kebudayaan, Dan Budaya memang merupakan salah satu jiwa dari nilai-nilai yang ada di masyarakat .

 Berikut pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli :
1. E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain. Serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat .
2. R. Linton dalam bukunya yang berjudul The Cultural background of personality menyatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari sebuah tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentuknya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu
3. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
4. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
5. Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
6. Bronislaw Malinowski, Adalah keseluruhan kehidupan manusia yang integral yang terdiri dari berbagai peralatan dan barang-barang konsumen, berbagai peraturan untuk kehidupan masyarakat, ide-ide dan hasil karya manusia, keyakinan dan kebiasaan manusia.
7. C. Klukhuahn dan W. H. Kelly, mencoba merumuskan definisi kebudayaan sebagai hasil tanya jawab dengan para ahli antropologi, sejarah, hukum, psikologi yang implisit, eksplisit, rasional, irasional terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
8. Dawson dalam buku Age Of The Gods mengatakan bahwa kebudayaan adalah cara hidup bersama (Culture is common way of life)
9. J. P. H. Dryvendak mengatakan bahwa kebudayaan adalah kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai yang beraneka ragam berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.
10. Takdir Alisyahbana, mengatakan kebudayaan adalah manifestasi dari cara berfikir.
 Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiarmengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
 1. Ilmu-ilmu Alamiah ( natural scince ).
Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi. Hasil penelitian 100 5 benar dan 100 5 salah.
2. Ilmu-ilmu sosial ( social scince ).
Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100 5 benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia initidak dapat berubah dari saat ke saat.
3. Ilmu kebudayaan ( science culture )
Di dunia ini banyak sekali Negara dan juga rakyatnya dengan berbagai macam suku dan budaya disetiap suku atau etnic mempunyai perbedaan dan juga cirri khas yang bisa kita membedakannya dari mulai pakaiannya, tutur bahasanya, dan juga norma-norma kehidupannya sehingga dari situ lah kita bisa menyimpulkan bahwa ilmu kebudayaan adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu norma asas di setiap wilayah diberbagai Negara, tidak semua kebudayaan itu sama dan juga tidak lain pula dinegara satu mudah menerima kedatangan buadaya yang berasal dari Negara lain contoh: di bagian Negara barat boleh memakai pakaian yang terbuka akan tetapi dinegara Indonesia yang mayoritas negaranya mempunyai kepercayaan muslim sangat sulit menerima keadaan seperti itu.