Pengalaman
saya tentang Individu, Keluarga dan Masyarakat adalah :
Sekarang biaya
pendidikan mahal sehingga membuat banyak penduduk Indonesia yang tidak dapat
menikmati pendidikan. Berdasarkan data Kementrian Pendidikan Nasional, jumlah
siswa SMP sederajat terdapat sekitar 12 juta siswa yang tidak bersekolah
(Kompas, 09/09/2010). Jumlah di atas tersebut masih jumlah siswa SMP, belum
lagi terdata siswa SD, SMA dan Mahasiswa serta anak-anak yang tidak pernah
mengenyam pendidikan samasekali. Tentunya jika kita melihat jumlah data
tersebut maka akan sangat memilukan.
Masalah biaya
pendidikan di negara kita ini haruslah kita pandang dengan mata terbuka,
tanpa harus menyembunyikan realitas
kenyataan yang terjadi. Banyak putra – putra bangsa kita yang cerdas dan pintar
yang sulit melanjutkan kuliah karena tidak mampu membayar uang kuliah dan biaya
uang pendaftaran kuliah mereka, maka sempat terkendala untuk melanjutkan
pendidikannya, kenyataan ini memang sungguh memprihatinkan.
Dengan tidak
menutupi hati nurani dengan kondisi bangsa kita saat ini, pasti kita akan
menemukan berbagai masalah tentang seputar pendidikan, seperti halnya yang
dialami oleh saudara – saudara kita diluar sana yang belum sempat merasakan
pendidikan yang mana merupakan sebagian dari berjuta masalah pendidikan yang
muncul di permukaan. Oleh Karena itu, berbicara tentang biaya pendidikan
pastinya tidak akan habis-habisnya dan tidak akan terselesaikan dengan semudah
membalikan telapak tangan. Hal tersebut dikarenakan mengingat masih banyaknya
masyarakat miskin di Negeri tercinta kita ini yang belum dapat menikmati
pendidikan. Meskipun biaya pendidikan dianggarkan sebesar 20 persen dari APBN
dan ditambahkan lagi dari APBD, namun masyarakat masih harus berjuang dalam
mengisi perut sejengkalnya jangankan untuk menikmati pendidikan tentunya masih
hanya mimpi saja.
Oleh karena itu,
ketika anak dari keluarga miskin hendak bersekolah maka tantangan terberatnya
adalah biaya pendidikan tersebut. Akan tetapi lain pula halnya dengan orang
kaya, dimana mereka tidak begitu menghiraukan besarnya biaya pendidikan
tersebut. Kondisi diskriminasi ini semakin terasa bagi setiap jenjang pendidikan
baik pada jenjang SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi di negara ini.
Menurut
Darmaningtyas, akses masuk ke bangku kuliah di kalangan mahasiswa miskin
menurun drastis memasuki tahun 2000-an. Pasalnya, pada masa itu perguruan
tinggi negeri mulai membuka jalur-jalur masuk khusus yang pada kenyataannya
lebih mudah diakses siswa kaya. (Kompas, 13/09/2010). Kondisi ini timbul karena
perhatian dari pemerintah tidak serius dalam menangani masalah biaya dalam
pendidikan ini. Sehingga masalah demi masalah dalam pendidikan semakin
bertambah banyak.
Hal di atas
diperparah lagi dengan kondisi bangsa ini, dimana berbagai krisis sedang
terjadi baik moral maupun ekonomi. Dengan begitu banyaknya permasalahan di
negara ini, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa mereka yang miskin tidak akan
pernah menikmati pendidikan hingga tutup usia. Itulah gambaran Negara kita
sekarang ini.
Egois Penyebab
Diskriminasi
Tidak sedikit
warga negara Indonesia tercinta ini menumpuk harta kekayaannya tanpa
memperdulikan orang lain. Baik dengan cara yang benar maupun mengorbankan milik
orang lain (rakyat), seperti tindakan korupsi yang bertumbuh subur akhir -
akhir ini, tanpa memperdulikan orang lain. Sikap tersebut sepertinya semakin
membudaya di tengah pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi informasi yang
begitu pesat. Dimana setiap orang sibuk dan dituntut untuk memenuhi
kebutuhannya.
Timbulnya sikap
yang egois ini mengakibatkan seorang yang kaya akan semakin kaya sedangkan yang
miskin semakin miskin bahkan melarat seperti lagu rhoma irama. Kondisi ini
menjadikan adanya kesenjangan diantara kita sesama manusia.
Mengingat
hakekat manusia sebagai makhluk sosial, maka seharusnya manusia memberikan rasa
iba terhadap sesama. Namun realitas berbicara keegoisan manusia semakin
memuncak. Adanya sifat keegoisan yang secara berlebihan.
Demikian juga
halnya dalam pendidikan, dimana orang yang mampu akan memperoleh pendidikan
yang lebih baik dibandingkan orang yang hanya untuk memikirkan makan saja sudah
sulit atau dengan kata lain orang yang miskin. Sehingga proses panjang dari hal
ini akan menghasilkan suatu ungkapan yang tidak memiliki rasa kasihan lagi dari
orang yang berpendidikan lebih baik sudah tepat, yaitu"orang bodoh adalah
makanan orang pintar".
Ungkapan di atas
adalah ungkapan yang penting untuk kita responi saat ini. Dimana dapat kita
lihat begitu banyak orang yang pintar di negeri ini, tapi dengan enaknya
menggerogoti uang rakyat. Sehingga rasa kepedulian untuk memikirkan rakyat
kecilpun semakin menciut. Namun, jika ada perlunya kepada masyarakat maka
kepeduliannya melebihi malaikat, misalnya dalam pemilihan dirinya. untuk
menjadi calon pemimpin rakyat.
Keseriusan
Pemerintah
Pemerintah harus
lebih serius untuk menanggapi dan menyelesaikan masalah diskriminasi dalam
pendidikan yang terjadi di Masyarakat tersebut. Karena masalah pendidikan jika
tidak segera diselesaikan maka akan melahirkan jutaan penduduk Indonesia yang
bodoh. Dan jika kita coba untuk memaknai lebih jauh lagi, maka ketika kita
bodoh (Negeri Indonesia ini), kita akan dijajah lagi oleh bangsa lain. Sebab
kita sudah jauh tertinggal dengan Negara lain. Ibarat naik pesawat, negara maju
sudah sampai ke bulan, tetapi kita masih ingin take off.
Solusi :
Memberikan
beasiswa kepada siswa atau mahasiswa yang tepat sasaran merupakan salah satu
solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah diskriminasi dalam
pendidikan yang lebih jauh lagi. Artinya pemerintah harus melakukan pengawasan
dan pemantaun secara serius, mengingat perilaku korupsi di negara kita sudah
menjadi budaya. Karena jika tidak dilakukan hal tersebut, maka tidak tertutup
kemungkinan akan terjadinya penyelewengan dana yang seharusnya kepada siswa
atau mahasiswa malah sebaliknya kepada pihak tertentu yang ingin menyelewengkan
dana tersebut.
Semoga diskriminasi
dalam pendidikan ini dapat kita atasi secara bersama-sama, terkhusus pemerintah
harus memberikan kebijakan yang bersifat pro rakyat dan bukan malah melakuakan
pendiskriminasian.